Part #3
Semua
berjalan seperti alur air yang selalu mengikuti jalannya, hingga pada suatu
ketika, muncul kejadian yang aku sendiri tak pernah menyangka hal ini terjadi
pada kami. Aku tiga serangkai terutama, sangat terpukul. Entah ini semacam
balasan atau semacam pertanda akan suatu hal, kami tidak pernah tahu. Kami
kehilangan satu sahabat kami ketika ujian tengah semester berjalan saat kami
duduk di kelas 11. Satu sahabat kami di keluarkan dari sekolah karena diketahui
dia sedang hamil. Yah, suatu kenyataan yang harus kami terima dan sangat
memukul perasaan kami saat itu. Stevie, sahabat terbaikku yang selalu ada
ketika aku membutuhkan dan selalu membantuku ketika aku mengalami kesulitan,
dan aku harus kehilangan dia, dan berjuang di SMA bersama sahabatku yang
lainnya. Stevie, Lina dan Aku, bisa dibilang kami adalah tiga serangkai,
kemanapun kita pergi dan berada kami selalu ada disana. Awalnya dia memutuskan
untuk berpacaran karena sebuah komitmen, Aku dan Lina mengetahuinya dan selalu
menasihati agar dia tidak keluar dari komitmennya. Laki-laki itu tidak jauh,
dia adalah teman kami juga di kelas IPS, Adrian. Laki-laki inilah yang membuat
Stevie memutuskan untuk berpacaran dengan sebuah komitmen. Sejak saat mereka
berpacaran, aku merasakan hal yang berbeda dari mereka berdua, namun aku tak
berani berkata, aku hanya berusaha untuk bersikap biasa dan memikirkan hal-hal
baik saja. Dan terus seperti itu setiap harinya.
Hingga
tidak aku sadari, aku pernah meng-judge
dia hamil sebanyak tiga kali dalam seminggu sebelum kebenaran terkuak. Aku
merasakan dia bukan Stevie yang dulu, bukan Stevie yang biasanya, dengan waktu
malam-malam dating kerumah membawa mangga muda dan menyuruhku untuk
membuatkannya rujak, sungguh itu menganehkan buat aku. Ketika disekolah mama(guru
biologi kami Bu Lenny) merasakan hal sama seperti yang aku rasakan. Mama
mengamati Stevie bukan Stevie yang periang, dia lebih banyak berubah menjadi
pemalas dan pemurung, matanya lebih sering terlihat bengkak, dan ketika belajar
bersama dia belajar dengan posisi yang sangat tidak wajar bagiku.
Dan
pada akhirnya ketika ulangan TIK, dia pergi meninggalkan bangku dan tak pernah
kembali lagi, (hingga tempat pensilnya yang aku temukan di kelas yang sama pada
bulan ke lima setelah ia pergi saat itu, dalam kondisi yang sudah rusak, dan
membuat aku meneteskan air mata sejenak). Dan dia membuat sedikit scenario
untuk membohongi kami, dengan alibi dia akan pindah ke suatu tempat dan akan
kembali untuk saling bersaing nilai kelulusan. Seketika itu juga, setelah ujian
TIK selesei, kami langsung mengayuhkan sepeda kami menuju rumahnya dan papanya
pun berkata dia sudah pergi sebelum kami dating, dan hanya menitipkan sekotak
tugasnya yang ia tinggalkan. Scenario itu pun bertahan cukup lama, hingga pada
akhirnya keluar ke permukaan apa yang sebenarnya terjadi. Namun kami
sahabat-sahabatnya sangat tidak mempermasalahkan itu, karena, sesungguhnya kami
tahu apa yang dirasakan. Kami hanya bisa memberikan support kepada sahabat
kami, bahwa hidup tidak akan berhenti karena kejadian ini, melainkan hidup
harus tetap dilanjutkan.
Dan
sejak saat itu semuanya berubah, Stevie melanjutkan hidup barunya, menikah
bersama Ardian. Saling mengucap janji dan yang pasti mereka sudah memiliki
keluarga kecil. Dan kami juga harus tetap menjalankan hidup kami, dengan terus
belajar untuk mencapai mimpi-mimpi kami. Kami sama-sama melanjutkan hidup,
namun dengan cara dan tempat yang sudah berbeda, dia disana, dan aku disini.
Jika harus mengingat masa lalu, sering membuat aku menetesan air mata, dan down
seketika itu juga.
*********************************************************************
Tidak ada komentar:
Posting Komentar