Kamis, 19 Januari 2012

Riwayat Saya


Part #3

          Semua berjalan seperti alur air yang selalu mengikuti jalannya, hingga pada suatu ketika, muncul kejadian yang aku sendiri tak pernah menyangka hal ini terjadi pada kami. Aku tiga serangkai terutama, sangat terpukul. Entah ini semacam balasan atau semacam pertanda akan suatu hal, kami tidak pernah tahu. Kami kehilangan satu sahabat kami ketika ujian tengah semester berjalan saat kami duduk di kelas 11. Satu sahabat kami di keluarkan dari sekolah karena diketahui dia sedang hamil. Yah, suatu kenyataan yang harus kami terima dan sangat memukul perasaan kami saat itu. Stevie, sahabat terbaikku yang selalu ada ketika aku membutuhkan dan selalu membantuku ketika aku mengalami kesulitan, dan aku harus kehilangan dia, dan berjuang di SMA bersama sahabatku yang lainnya. Stevie, Lina dan Aku, bisa dibilang kami adalah tiga serangkai, kemanapun kita pergi dan berada kami selalu ada disana. Awalnya dia memutuskan untuk berpacaran karena sebuah komitmen, Aku dan Lina mengetahuinya dan selalu menasihati agar dia tidak keluar dari komitmennya. Laki-laki itu tidak jauh, dia adalah teman kami juga di kelas IPS, Adrian. Laki-laki inilah yang membuat Stevie memutuskan untuk berpacaran dengan sebuah komitmen. Sejak saat mereka berpacaran, aku merasakan hal yang berbeda dari mereka berdua, namun aku tak berani berkata, aku hanya berusaha untuk bersikap biasa dan memikirkan hal-hal baik saja. Dan terus seperti itu setiap harinya.
          Hingga tidak aku sadari, aku pernah meng-judge dia hamil sebanyak tiga kali dalam seminggu sebelum kebenaran terkuak. Aku merasakan dia bukan Stevie yang dulu, bukan Stevie yang biasanya, dengan waktu malam-malam dating kerumah membawa mangga muda dan menyuruhku untuk membuatkannya rujak, sungguh itu menganehkan buat aku. Ketika disekolah mama(guru biologi kami Bu Lenny) merasakan hal sama seperti yang aku rasakan. Mama mengamati Stevie bukan Stevie yang periang, dia lebih banyak berubah menjadi pemalas dan pemurung, matanya lebih sering terlihat bengkak, dan ketika belajar bersama dia belajar dengan posisi yang sangat tidak wajar bagiku.
          Dan pada akhirnya ketika ulangan TIK, dia pergi meninggalkan bangku dan tak pernah kembali lagi, (hingga tempat pensilnya yang aku temukan di kelas yang sama pada bulan ke lima setelah ia pergi saat itu, dalam kondisi yang sudah rusak, dan membuat aku meneteskan air mata sejenak). Dan dia membuat sedikit scenario untuk membohongi kami, dengan alibi dia akan pindah ke suatu tempat dan akan kembali untuk saling bersaing nilai kelulusan. Seketika itu juga, setelah ujian TIK selesei, kami langsung mengayuhkan sepeda kami menuju rumahnya dan papanya pun berkata dia sudah pergi sebelum kami dating, dan hanya menitipkan sekotak tugasnya yang ia tinggalkan. Scenario itu pun bertahan cukup lama, hingga pada akhirnya keluar ke permukaan apa yang sebenarnya terjadi. Namun kami sahabat-sahabatnya sangat tidak mempermasalahkan itu, karena, sesungguhnya kami tahu apa yang dirasakan. Kami hanya bisa memberikan support kepada sahabat kami, bahwa hidup tidak akan berhenti karena kejadian ini, melainkan hidup harus tetap dilanjutkan.
          Dan sejak saat itu semuanya berubah, Stevie melanjutkan hidup barunya, menikah bersama Ardian. Saling mengucap janji dan yang pasti mereka sudah memiliki keluarga kecil. Dan kami juga harus tetap menjalankan hidup kami, dengan terus belajar untuk mencapai mimpi-mimpi kami. Kami sama-sama melanjutkan hidup, namun dengan cara dan tempat yang sudah berbeda, dia disana, dan aku disini. Jika harus mengingat masa lalu, sering membuat aku menetesan air mata, dan down seketika itu juga.
*********************************************************************

Tidak ada komentar:

Posting Komentar