Minggu, 29 Januari 2012

Riwayat Saya


PART #5

Dan pada akhirnya masa perkuliahan yang di nanti-natikan tiba juga. Dan saat inilah titik balik dari segala rintangan yang aku hadapi sebelumnya. Terkadang semuanya terasa lewat begitu saja, batu sandungan sebesar apapun mampu aku lewati hingga pada akhirnya aku menjadi mahasiswa di PTN di surabaya. Kurasakan seberkas cahaya yang memberikan banyak harapan. Sedikit demi sedikit, aku pun mulai melangkah maju di lingkungan yang baru. Di dunia lain yang lebih berwariasi dan berwarna. Dengan teman yang beragam dan dari berbagai kalangan dan latar belakang.
Ini pertama kalinya aku menempuh pendidikan nan-jauh dari rumah. Harus hidup di kost an, namun untunglah ada kakak yang lebih dulu dua tahun disana, sehingga aku tak terlalu kebingungan untuk menjajaki lingkungan baru. Meski terkadang aku merasa asing di lingkungan baru ini, tapi aku sangat menikmatinya.
Hingga suatu ketika aku menemui teman-teman baru, dan entah mengapa aku merasa cocok dengan mereka, meskipun kami datang dari latar belakang yang berbeda. Dan aku mengakui, mereka dari keluarga berada, namun mereka mau menerima aku apa adanya dengan segala keterbatasanku. Dan dengan segala masalah di balik keceriaan kami. Masing-masing dari kami, ternyata memiliki ceritanya sendiri, baik itu senang ataupun duka. Dan ternyata aku masih bersyukur atas hidup yang aku jalani saat ini, karena bagaimanapun aku masih bisa tersenyum. Meski kami beasal dari daerah yang berbeda-beda, latar belakang yang berbeda, kami masih bisa menjadi satu, itu suatu kebersamaan yang baru yang hadir dalam hidupku. Banyak cerita yang unik dari diri kami masing-masing. Cara kami dipertemukanpun tidak kalah uniknya. Kami dipertemukan dalam kegiatan maba di sebuah bumi perkemahan, dan lebih tepatnya kami dipertemukan di dalam tenda kesehatan. Hehehe. Dasar kami itu aneh, di saat yang lainnya menikmati kegiatan yang di suguhkan, kami malah menikmati tenda kesehatan selama tiga hari, bayangkan saja deh. namun memang di dalam tenda inilah, kebersamaan kami dibentuk, kami mengenal satu sama lainnya. Kami lebih dekat dan saling menghibur satu sama lain, untuk mengusir rasa sakit yang menyelimuti kami. Dari tenda ini juga, banyak sekali yang aku temui dan aku jadikan inspirasiku, beraneka ragam wajah, beraneka ragam sakit yang diderita, beraneka ragam canda tawa, beraneka ragam duka, beraneka ragam yang aku jumpai. Hingga pada akhirnya kami menjadi satu kesatuan di tenda kesehatan tersebut, membuat suatu cerita dalam hidup kami, menjadi saudara dalam satu tujuan. Hingga muncullah sebuah nama the sick’s, apa itu the sick’s?, yah itu adalah nama yang kami buat untuk menyebut diri kami dalam kelompok tersebut, hingga kami berjumpa lagi di kampus sehari-harinya

 Mereka aku sebut sahabat, Restu sahabatku berasal dari Nganjuk, cewek tangguh dan mandiri banyak cerita unik darinya, memiliki cowok di malang sana, meski begitu mereka sering bertemu, hubungan yang serasi dan aku memiliki harapan mereka sampai ke pelaminan, banyak kisah unik daripada Restu, dan aku tak segan-segan menceritakan masalahku kepadanya, dan dia mau mendengarkan apa yang aku ceritakan, selalu ada jalan keluar dan saran yang diberikan Restu kepadaku, apapun cuacanya, dia bisa ada, dan aku tak pernah terbebani ketika dia membutuhkan bantuan, bahkan aku akan membantu sebelum dia memintanya.
Linda cewk tangguh dan perkasa berasal dari sidoarjo, badannya yang lebih besar daripada restu, namun dia tetap cantik dengan kerudungnya, dia juga seksi, tidak aku jumpai kesombongan dalam dirinya selama ini, justru aku lebih banyak belajar dari Linda, dengan kisah hidupnya yang sungguh berwarna, begitu juga perjalanan hidupnya, segala yang pernah diceritakan kepadaku, membuat aku lebih membuka mata dalam menjalani hidup yang keras ini, tidak hanya itu, Linda adalah cewek yang pantang menyerah, sembari dia kuliah, dia juga berjualan, apa saja yang bisa mendatangkan uang secara halal ia lakukan. Sungguh banyak pelajaran yang aku dapatkan dari dirinya.
Ivon, si cewek kecil ang tangguh berasal dari Jombang. Sama dengan Restu dan Linda, banyak pelajaran yang aku dapatkan darinya. Ivon juga orang ketiga mengunjungi ke gubuk reyot kami, aku ditumpanginya pulang ke mojokerto saat aku telah kehabisan uang saku saat itu, dengan motornya ia menolong aku sampai ke rumah dengan selamat, tidak hanya itu, aku juga ditumpanginya kembali ke surabaya, dia mampir kerumah dan kami kesurabaya bersama. Aku juga pernah mengantarnya pulang ke Jombang, lalu aku kembali ke Mojokerto saat pulang dari surabaya, dan aku sangat senang bisa membantu meski hanya sekali saja, karena sahabat adalah segalanya bagiku. Banyak sekali cerita yang aku alami dengan Ivon, banyak warna yang ditorehkan dalam kanvas hidupku ini.
Riska si cewek imut dengan kerudungnya berasal dari kota Lamongan. Dia tak kalah tangguhnya dengan Linda Ivon Restu, sering sekali dia melakukan perjalanan Surabaya Lamongan dengan sepeda motornya, dia memang cewek pemberani.
Nana, dia yang memiliki postur lebih besar daripada kami semua, berasal dari Sidoarjo seperti Linda.. rumah mereka berdekatan, sering mereka berangkat bersama ketika awal dan akhir minggu, karena Nana yang tidak kost dan memilih PP, sedangkan Linda yang memang kost. Dia pun sama seperti yang lainnya, sahabat terindah dalam hidup aku. Dia yang lebih sering menelpon dengan pacarnya. Hehehehe. Terkadang aku juga heran, kok Nana betah banget telponan terus. Hehehe.
Lalu Dodik si cowok gendut dari Tuban, satu-satunya sahabat cowokku di dalam the sick’s, dia lebih banyak membuat cerita. Dan setiap cerita dalam hidupnya, membuat aku tertarik untuk mempelajarinya. Dan dia juga yang lebih sering aku jadikan topik bersama Restu. Hehehe.
Dan masih banyak sahabat aku yang lainnya, semua yang aku sapa setiap harinya, semua yang bercanda dengan aku setiap hari. Mereka yang selalu berbagi cerita canda tawa duka dan saling bertuar senyuman. Tak lama aku di sini, aku sudah bisa mengenal dan menyapa banyak orang, meskipun awalnyapun aku tak tahu dengan pasti, dan yang jelas kami menjalin hubungan pertemanan, karena bersama temanlah kita akan mendapatkan banyak sekali cerita untuk menghiasi ruang kosong yang ada dalam diri kita. Dan jujur, aku di sini, tak pernah sedikitpun memiliki keinginan untuk mencari kekasih, aku hanya ingin mencari teman dan sahabat sebanyak mungin, karena tujuan awalku disini adalah aku ingin mewujudkan mimpiku, aku ingin mendalami keahlian yang aku jalani saat ini, dan membuat orang tuaku  bangga, serta membuat mereka yang pernah menyakiti aku sadar, jika hidup aku masih tetap berjalan meski banyak kesakitan yang aku alami hingga saat ini. Hehehe

.

Kamis, 19 Januari 2012

Riwayat Saya


PART #4
          Keadaan sudah berbeda sejak kejadian itu, mulai dari berangkat sekolah yang dahulu bertiga, kini sering berdua bersama Lina, bekerja kelompok dan mengerjakan tugas pun rasanya sudah berbeda, dulu aku yang senang mengerjakan bersama-sama, lebih senang mengerjakan sendiri, walaupun masih terkadang bersama Lina. Begitu pula dengan berangkat les Fisika, dahulu kita selalu bertujuh, sekarang harus berenam saja, sempat kami merasakan aneh dan hambar, namun apa daya, keadaan memang sudah berubah. Yang harus kami lakukan hanyalah tetap memandang masa depan yang harus kita jalani dan tidak mengulangi kesalahan yang dilakukan oleh sahabat kami.
Kejadian demi kejadian kami lewati dengan suasana baru, dikelas, istirahat. Namun dari situlah kebesaran hati untuk menerima sesuatu dilatih. Kami harus kuat dan tegar, kami tak boleh haru dalam kesedihan secara terus-menerus. Banyak hal lain yang lebih indah, yang telah menunggu untuk kami jajaki bersama. Kami mengikhlaskan apa yang sudah terjadi. Kami memulai lagi dengan lembaran yang baru. Kammi masih bayi dalam kepompong, dan inilah awal yang baik untuk kami belajar memaknai hidup yang sesungguhnya. Memaknai hidup yang keras, asam manis kedihupan yang nantinya pasti kita rasakan, inilah permulaan, yah, baru permulaan, akan adalah yang lebih besar dan sudah menanti kita semuanya.
Seiring bergulirnya waktu, aku sudah duduk di kelas dua belas, dan sebentar lagi akan menghadapi ujian nasional terakhirku, perjuangan, perhelatan, persaingan, untuk dapat melanjutkan ke jenjang berikutnya. Namun, aku saat itu belum memutuskan kemana aku setelah SMA. Bapak yang selalu memberi dorongan untuk aku dapat memasuki keperawatan saja, namun dalam benakku tak merasakan keinginan yang besar. Dan aku sendiri tak tahu apa yang aku inginkan, sehingga aku hanya mengikuti arus, namun aku memiliki keyakinan untuk bisa masuk dalam perguruan tinggi negeri, dimanapun itu. Di dalam dilemaku menentukan tujanku setelah SMA, aku bersyukur karena aku juga di didik oleh sebuah LSM yang membina organisasi yang aku ikuti. Ikatan Kader Motivator yang di bina oleh LSM PEKA, disanalah aku banyak belajar, aku mengeruk segala ilmu yang disajikan. Entah bagaimana teknisnya, aku sendiri kurang memahaminya, namun yang pasti ilmu itu sedikit demi sedikit masuk dan tersaring kedalam diriku. Berbagai karakter dan berbagai sekolah menjadi satu di dalamnya, tidak ada kata adik dan kakak kelas, tidak ada sekolah A, B, C, etc. semuanya melebur menjadi satu dalam organisasi. Manis pahit asam banyak aku terima dan rasakan dalam setiap kegiatan dan apapun yang di adakan, mungkin darisinilah semuanya itu ada dalam diriku, dan sejak masuk disinilah aku menjadi berubah 180 derajat dari yang dulu. Hingga pada akhirnya masa ujian sudah di depan mata.
Aku dan sahabat sahabatku lebih keras lagi dalam belajar, namun masih banyak ternyata yang belum kami kuasai, dan ternyata bukan kami saja,semua teman-teman kami merasakan hal yang sama. Jika ada pilihan untuk menunda mengikuti ujian, pasti kami semua memilih untuk mengundurnya. Namun pilihannya hanya ada dua, mengikuti dan berusaha semaksimal mungkin untuk bisa lulus dengan maksimal atau mundur dan mengulang masa SMA selama satu  tahun lagi. Tentunya kami tak mau untuk mengulang satu tahun lagi, kami berusaha semaksimal mungkin untuk mengejar apa yang belumbisa kami kejar. Apapun cara untuk kami bisa mengejar ketinggalan kami lakukan, les, kelompok, apapun kami lakukan.
Disamping kita harus belajar, kita juga harus memutuskan kemana kita setelah masa SMA ini. Berbagai tawaran dari berbagai universitas datang kesekolah, mengadakan bazzar universitas secara serentak. Namun aku sama sekali belum mendapatkan kecerahan kemana aku nanti, namun aku memutuskan untuk masuk dalam perguruan tinggi negeri. Tawaran demi tawaran dari perguruan tinggi swasta yang banyak mampir ke sekolah kami(secara sekolahku sekolah swasta). Banyak temanku yang memutuskan untuk masuk ke dalam perguruan tinggi swasta, dan segala keperluan berkasnya telah di urus oleh sekolah. Namun aku tak pernah mendengar sedikitpun tentang perguruan tiinggi negeri, hanya kata ya dan ya dan ya saja yang aku dengaran saat itu dari guru-guruku. Hingga pada saatnya, aku mendengar dan aku mulai sirfing di dunia maya untuk mendapatkan informasi yang aku butuhkan. Apapun informasi yang aku dapatkan aku oelajari dan aku mengerti, meski banyak yang tidak aku mengerti teknisnya, namun untuk ada kakak ku yang sudah berada di perguruan tinggi dua tahun di atasku, dialah yang menjelaskan kepadaku tentang apa yang aku bingungkan.
Hingga pada akhirnya aku mengerti tata caranya, aku meninformasikannya kepada teman-teman dan guru-guru yang menangani hal ini. Namun tetap, aku malah tak direspon sedikitpun, malahan aku di anggap sebagai budaknya, setiap hari aku menginformasikan, dan tidak ada yang bertanya kabar dan keinginan untuk membahasnya denganku. Dan aku sadar jika mereka bersikap seperti itu, aku hanyalah siswa dari keluarga miskin, bapak ku hanyalah seorang tukang becak dan juga bekerja serabutan, ibu ku hanya ibu rumah tangga yang membantu dengan bekerja, penghasilan yang pas-pas an, status yang melatarbelakangi, yah. Namun aku tak pernah sedikit pun merasa sedih jika semua orang menganggap aku seperti itu, aku hanya tulus menolong, namun apa balasannya, aku diperlakukan seperti itu. Hingga pada akhirnya aku memutuskan untuk memohon kepada kepala sekolah, meminta ijin untuk memproses segala sesuatunya sendiri, dan aku akan menginformasikan kepada teman-teman, dan jika tidak ada yang merespon, biarkan mereka sendiri yang nantinya akan menerimanya, karena aku bukan mesin dan budak untuk melengkapi dan menyediakan untuk mereka.
Dan akhirnya tutup sudah pendaftaran itu, banyak yang kecewa dan tidak mendaftar. Namun semuanya sudah berlalu. Aku sejak saat itu mulai dimusuhi dan tidak di anggap, terutama guru-guru yang ada disana. Entah apa yang ada dalam pikiran mereka, apakah mereka malu karena aku mampu, dan mereka merasa tersaingi atau bagaimana. Aku didudukkan di salahkkan di hina, aku menerimanya dengan lapang dada. Hingga pada akhirnya ada seorang wali murid yang datang karena tidak terima anaknya tidak dapat mendaftar ke perguruan tinggi negeri, datang kesekolah dan ternyata dari situ pihak sekolah justru melimpahkan semuanya kepadaku. Aku didudukkan dengan wali murid itu bersama guru agamaku, dan di sana aku di lecehkan di hina sampai sampai aku di pukul oleh wali murid yang bukan orang tuaku. Hingga pada akhirnya kami keluar, aku menangis sekeluar dari sana, apakah ini cobaan ya Tuhan, kenapa seberat ini ya Tuhan, mampukah hamba?. Hanya itu yang aku ucap, aku menangis bukan karena aku di lecehkan, namun kedua orang tuaku lah yang mereka lecehkan, bagaimana pun orang tua ku, hanya mereka yang aku miliki, membuat aku bahagia, dan tak ada seorang pun yang boleh menghina mereka.
Setelah sore kejadian itu berlalu, aku membawanya ke rana hukum, karena aku di tampar disana, dalam keadaanku  yang tidak sehat pula, dan tanpa hak mereka menampar aku. Dan pada akhirnya itu di proses. Semua berkas masuk, wartawan juga sempat datang kesekolah. Namun, aku di anggap hanya menggertak, guru agama ku mengecek ke kantor polisi dan ternyata berkas sudah diproses, baru sadar dan percaya, memohon merayu membujuk untuk aku mencabut hal itu. Dan sama sekali aku tak merespon, aku hanya ingin memberikan pelajaran bagi mereka yang sudah melecehkanku, dan jangan sampai ada bucha bucha yang lainnya. Hingga pada akhirnya lima hari sebelum ujian nasional adalah sidang pindana pertama ku melawan guru dan wali murid, aku berangkan sendir ditemani bapak ku, dengan support dari berbagai pihak, aku menjadi kuat, dan pada akhirnya aku mengalahkan mereka berdua serta pengacara yang mendampingi mereka. Menangis di kantor persidangan, sebelum persidangan dimulai, datang dengan tidak tepat waktu, sudah menandakan ketakutan dari mereka. Bahkan saat itu yang menjadi saksi adalah guru agama ku, dia juga orang yang membenciku, hanya bertekad keberanianlah aku memakai dia yang memusuhi aku, karena jika dia berani mengatakan apa yang sebaliknya, maka hilanglah predikatnya sebagai seorang guru agama. Selepas persidangan itu, hukuman di jalankan bagi mereka, dan aku tetap mengikuti sekolah seperti biasanya dan siap menghadapi soal-soal unjian nasional. Dan yang lebih membuat aku percaya diri saat itu bukan karena itu saja, karena aku juga sudah diterima di salah satu perguruan tinggi sebelum ujian nasional, dan hanya aku yang berhasil masuk pertama dari sekian banyak temanku (aku masuk bukan dari jalan yang menjadi persidangan itu, namun dengan jalan lain).
Setelah pengumuman tiba, ijazah dibagikan, aku merasakan hal yang sama, ijazah yang sudah ditunggu untuk registrasi ulang tidak kunjung di berikan, hingga pada akhirnya aku memaksa dan mengancam hingga ijazah itu aku dapatkan. Dan semenjak kejadian itu pula aku tidak begitu peduli akan apa yang terjadi di sana, sejatinya bukan aku yang mengawali kejadian itu. Aku disana hanya sebagai siswa, namun karena keadaan yang memaksa, aku menjadi banyak tahu tentang guru dan sekolahku. Yang aku bisa lakukan hanyalah mendoakan mereka untuk bisa berubah kearah yang lebih baik saja. Janganlah perilaku yang buruk terus ada dalam diri mereka, sadar dan berbuat baiklah selagi masih ada kesempatan untuk melakukan hal itu.

Riwayat Saya


Part #3

          Semua berjalan seperti alur air yang selalu mengikuti jalannya, hingga pada suatu ketika, muncul kejadian yang aku sendiri tak pernah menyangka hal ini terjadi pada kami. Aku tiga serangkai terutama, sangat terpukul. Entah ini semacam balasan atau semacam pertanda akan suatu hal, kami tidak pernah tahu. Kami kehilangan satu sahabat kami ketika ujian tengah semester berjalan saat kami duduk di kelas 11. Satu sahabat kami di keluarkan dari sekolah karena diketahui dia sedang hamil. Yah, suatu kenyataan yang harus kami terima dan sangat memukul perasaan kami saat itu. Stevie, sahabat terbaikku yang selalu ada ketika aku membutuhkan dan selalu membantuku ketika aku mengalami kesulitan, dan aku harus kehilangan dia, dan berjuang di SMA bersama sahabatku yang lainnya. Stevie, Lina dan Aku, bisa dibilang kami adalah tiga serangkai, kemanapun kita pergi dan berada kami selalu ada disana. Awalnya dia memutuskan untuk berpacaran karena sebuah komitmen, Aku dan Lina mengetahuinya dan selalu menasihati agar dia tidak keluar dari komitmennya. Laki-laki itu tidak jauh, dia adalah teman kami juga di kelas IPS, Adrian. Laki-laki inilah yang membuat Stevie memutuskan untuk berpacaran dengan sebuah komitmen. Sejak saat mereka berpacaran, aku merasakan hal yang berbeda dari mereka berdua, namun aku tak berani berkata, aku hanya berusaha untuk bersikap biasa dan memikirkan hal-hal baik saja. Dan terus seperti itu setiap harinya.
          Hingga tidak aku sadari, aku pernah meng-judge dia hamil sebanyak tiga kali dalam seminggu sebelum kebenaran terkuak. Aku merasakan dia bukan Stevie yang dulu, bukan Stevie yang biasanya, dengan waktu malam-malam dating kerumah membawa mangga muda dan menyuruhku untuk membuatkannya rujak, sungguh itu menganehkan buat aku. Ketika disekolah mama(guru biologi kami Bu Lenny) merasakan hal sama seperti yang aku rasakan. Mama mengamati Stevie bukan Stevie yang periang, dia lebih banyak berubah menjadi pemalas dan pemurung, matanya lebih sering terlihat bengkak, dan ketika belajar bersama dia belajar dengan posisi yang sangat tidak wajar bagiku.
          Dan pada akhirnya ketika ulangan TIK, dia pergi meninggalkan bangku dan tak pernah kembali lagi, (hingga tempat pensilnya yang aku temukan di kelas yang sama pada bulan ke lima setelah ia pergi saat itu, dalam kondisi yang sudah rusak, dan membuat aku meneteskan air mata sejenak). Dan dia membuat sedikit scenario untuk membohongi kami, dengan alibi dia akan pindah ke suatu tempat dan akan kembali untuk saling bersaing nilai kelulusan. Seketika itu juga, setelah ujian TIK selesei, kami langsung mengayuhkan sepeda kami menuju rumahnya dan papanya pun berkata dia sudah pergi sebelum kami dating, dan hanya menitipkan sekotak tugasnya yang ia tinggalkan. Scenario itu pun bertahan cukup lama, hingga pada akhirnya keluar ke permukaan apa yang sebenarnya terjadi. Namun kami sahabat-sahabatnya sangat tidak mempermasalahkan itu, karena, sesungguhnya kami tahu apa yang dirasakan. Kami hanya bisa memberikan support kepada sahabat kami, bahwa hidup tidak akan berhenti karena kejadian ini, melainkan hidup harus tetap dilanjutkan.
          Dan sejak saat itu semuanya berubah, Stevie melanjutkan hidup barunya, menikah bersama Ardian. Saling mengucap janji dan yang pasti mereka sudah memiliki keluarga kecil. Dan kami juga harus tetap menjalankan hidup kami, dengan terus belajar untuk mencapai mimpi-mimpi kami. Kami sama-sama melanjutkan hidup, namun dengan cara dan tempat yang sudah berbeda, dia disana, dan aku disini. Jika harus mengingat masa lalu, sering membuat aku menetesan air mata, dan down seketika itu juga.
*********************************************************************

Selasa, 17 Januari 2012

Riwayat Saya

Entah darimana saya harus memulai
Entah bisakah aku mengawalinya
Namun aku terus mencoba untuk mengawalinya
==============================================================
PART #1
Aku Hanyalah anak manusia yang terlahir dari pasang kekasih. yah, mereka adalah Ibu dan Bapaku. Dibesarkan dan di penuhi kasih sayang mereka. Perjalanan waktu sejak 13 Pebruari 1993 hingga saat ini. Dulu aku hanya bisa tidur dan menangis, lalu melihat, bergelimpangan di ranjang, duduk lalu merangkak hingga aku belajar berjalan sampai pertumbuhanku sampai dewasa ini. Tentunya, kisah perjalanan hidupku tidaklah tiba-tiba langsung menjadi dewasa, aku akan memulainya step by step.
Aku dibesarkan dilingkunganku yang dulu. Semasa kecil ku tempat tinggal orang tuaku masih mengontrak, entah bagaimana rupa kontrakan itu aku tak tahu sama sekali. Masa kecilku pun penuh sensasi menurutku, bagaimana tidak? Sudah sejak kecik aku sakit-sakitan, keluar masuk rumah sakit, 3-4 hari masih kurang lama. Setiap pagi siang dan malam, obat selalu masuk dalam badan mungilku. Bisa dikatakan juga aku hidup dari obat sejak kecil. Meskipun selalu sakit, masuk dan keluar rumah sakit, minum obat-obatan, orang tua ku masih menaruh kasih dan harapan pada diriku. Aku dirawat penuh kasih saying, dibesarka, dipenuhi setiap kebutuhanku. Sampai waktu berjalan sebagaimana mestinya. Sampai pada saat aku duduk di bangku taman kanak-kanak pada tahun 1999, ibu melahirkan seorang bayi mungil perempuan. Adik ku, yang semasa ia di dalam kandungan, ia sempat jatuh bersama ibu ketika mau duduk dan kursinya aku ambil untuk mainan.
Seiring berjalannya waktu kami berdua bertambah dewasa, hingga pada saat aku duduk di kelas 3 SD, orang tuaku memutuskan untuk pindah ke lingkungan yang baru, lingkungan sampai saat ini kami tinggal. Dan aku pun juga harus pindah sekolah dan memulai beradaptasi dengan sekolah baruku. Dari situ awal hidup baru kembali dimulai. Masih ingat betul, pada saat itu, bangunan rumah kami masih sendiri di tengah sawah yang luas dan padang menghijau, subur dan masih segar udaranya. Dari dulu hingga sekarang sudah banyak perubahan, sekarang sawah-sawah itu sudah mulai berubah menjadi gedung-gedung hunian. Bangunan-bangunan yang mengeluarkan limbah-limbah.
Setiap hari, setiap pagi aku berangkat kesekolah sendiri, kadang berjalan, kadang mengayuh sepeda ke sekolah yang masih satu desa dengan rumahu. Mengenal teman-teman baru, kaya miskin, pintar bodoh, ganteng cantik, semua ada. Kami sangat riang dan gembira, selain kami belajar, kami juga sering bermain bersama, bersenang-senang bersama, baik di sekolah juga di rumah. Kejar-kejaran dalam meraih prestasi kami lakukan, mengejar untuk duduk dalam peringkat. Hingga pada akhirnya penetapan kelulusan tiba, memaksa kami untuk berpisah dan memulai kembali hal baru dimasa SMP dengan teman-teman baru lagi. Intensitas bertemu pun semakin jarang, namun selalu aku sempatkan untuk mengingat mereka, agar aku bisa bertegur sapa ketika bertemu dilain waktu.
Untuk pertama kalinya saya akan duduk di bangku SMP, bagaimana rasanya? Saya tidak bisa membayangkan. Sulit susah, dan taku, adalah pemikiran awal saya. Dengan melihat nama-nama yang ada dalam daftar siswa baru dalam papan pengumuman seleksi masuk, banyak sekali nama-nama baru yang tidak aku kenal. Daerah asal mereka yang masih asing dengan ku, jauh atau dekat pun aku tidak tahu, sebelah mana daerah tersebut? Aku tidak tahu. Yang aku tahu saat itu, adalah aku tetap menjadi aku yang belum mengenal dunia dan masih enjoy dengan dunia kanak-kanak ku.
Mas Orientasi Siswa dimulai, aku sudah mulai masuk disekolah yang baru dengan system yang baru pula. Kakak-kakak osis yang beraneka ragam, dan tampangnya agak serem buatku takut. Disuruh ini itu selama MOS, bawa ini bawa itu selama MOS, pakai ini pakai itu selama MOS. Haduh, buat aku ribet deh, tapi asik kok. Sampai menjumpai mata pelajaran yang baru atau tingkat lanjut melanjutkan pelajaran yang ada semasa Sekolah Dasar dulu. Dengan guru-guru yang selalu berganti-ganti setiap jamnya, malah buat pusing juga. Hiks hiks hiks. Namun itu cukup membuat senang.
Teman-teman baru yang menyenangkan, namun sayangnya dari daerah yang jauh-jauh juga sih. Selama kelas satu semua merata, pintar bodoh, ganteng cantik, gendut kurus, nakal baik, menjadi satu dalam setiap kelas. Pada masa kenaikan ke kelas delapan, semuanya berbeda, aku berpacu untuk bisa masuk dalam kelas unggulan yang selalu di harapkan dan dan dinantikan semua siswa. Dan terjawab sudah segala perjuanganku saat itu, selama dua tahun aku duduk di bangku unggulan hingga dating periode kelulusan tiba. Selama bersekolah juga, aku bukan siswa yang tergolong untuk malas mencari tahu, apapun yang bisa aku lakukan akan aku lakukan, aku ikut ektra pramuka, pmr, osis, dewan penggalang, puisi, voli, basket, beragam ekstra yang ada, aku jajal dan aku nikmati hingga aku lulus dari sana. Serasa aku keluar dari sini aku membawa banyak sekali ilmu. Dan atidak hanya itu, aku juga dikenal sebagai siswa yang pandai disekolah, dan aku meninggalkan nama baikku itu sampai saat ini. Guru-guru yang mendidik aku selama tiga tahun, selalu menaruh kasih kepada setiap siswanya, menaruh pula harapan mereka dalam diri kami, mensupport kami untuk bisa bangkit dan terus bangkit guna meraih mimpi-mimpi kami.

PART #2
Namun sayangnya, berbeda dengan harapan, selepas aku dari SMP aku tidak lulus dengan nilai yang mencukupi untuk bersaing masuk dalam sekolah negeri, dan akhirnya aku di putuskan untuk masuk ke sebuah sekolah swasta yang cukup dikenal dan sarat akan kedisiplinan. Awalnya aku ragu dan sudah down saat itu, apakah aku masih kuat berdiri? Apakah aku masih mampu? Itu pertanyaan besar dalam diriku yang tidak bisa masuk ke SMA negeri, jadilah SMA swasta ini menjadi sekolahku setelah SMP. Hari-hari pertama aku jalani sepertipertama aku masuk SMP, dan ternyata ada beberapa teman SMP ku disana, awalnya kami sering bersama-sama hingga kami mendapatkan teman-teman baru. Jadilah kelas 10-C menjadi kelasku pada masa SMA dan itu juga kelas terakhir. Awalnya aku disana dengan teman SMPku, namun selang berjalannya waktu kami mulai menemukan teman-teman baru lagi. Ternyata apa yang aku bayangkan sebelumnya salah, begitu mudahnya aku mendapatkan teman ketika awal masuk, akupun bahagia, hingga pada akhirnya aku menemukan mereka yang bisa aku anggap sebagai sahabatku. Sahabat untuk satu sama lainnya.
Sampai pada akhirnya kami menamakan diri kami “Mbamboengs45” entah apa maksudnya saat itu, namun yang pasti saat itu kita enjoy, kemana pun kita selalu bersama-sama, dalam mengikuti kegiatan pun kami saling support. Lina dan Stevie yang aku temui pertama, karena ternyata rumah kami yang searah dan dekat. Lalu Cendy dan Cindy yang ternyata mereka adalah siswi kembar identik, yang berbeda kelas pada saat itu, dan banyak juga yang mengira bahwa mereka adalah satu anak yang sama. Sungguh salah dugaan yang terlalu saat itu. Sipit serta Rachma dan Arka, mereka pula sahabatku. Meskipun hanya ada dua cowok dan 5 cewek, kami cukup happy dan akrab.
Tidak cukup sampai disitu, ketika kenaikan kelas, kami semuanya mengikuti test masuk penjurusan kelas, dan kelas IPA adalah kelas incaran ku, dan ternyata memang kami berhasil tembus masuk IPA secara bersamaan dan hanya meninggalkan Sipit yang tidak berhasil. Dan ketika kelas dua inilah segala karirku dalam hidup dimulai. Saat kelas sepuluh aku ditunjuk menjadi OSIS, aku juga terpilih untuk masuk dalam PMR, dan ekstra pilihan ku saat itu adalah basket(hingga aku berhenti begitu saja ketika aku merasakan tubuhku tak bisa aku paksakan untuk mengikuti banyak kegiatan secara bersamaan), aku juga aktif dalam pramuka sehingga aku di kirim untuk mewakili Kota Mojokerto dengan siswa-siswi terpilih dari sekolah lain untuk berlomba di ajang Giat Prestasi Tegak Dega Jawa Timur 2010. Tidak hanya itu, dalam PMR aku juga berhasil membawa prestasi bersama teman-teman team yang aku pimpin hingga kelas 12 pada berbagai ajang di tingkat Kota Mojokerto. Selain itu aku juga diikutkan beberapa lomba-lomba serta penyuluhan atau seminar-seminar yang diadakan di Kota Mojokerto.
Dan titik balik kehidupan ku pada saat aku duduk di kelas 11 adalah aku di tantang untuk masuk menjadi anggota cheerleaders, pertama aku berpikir, gagh bangets, masa cowok masuk cheers. Namun karena sebuah tantangan, aku mencobanya dan ternyata enjoy juga dan yang lebih menakjubkan, di dalam cheers selain kita bermain kreativitas dalam bergerak dan mengolah keindahan tubuh, kita membutuhkan energy ekstra otok untuk menyusun pyramid-piramid. Sungguh keren luar biasa. Sedemikian itu juga aku semakin di kenal dan semakin di butuhkan, namun aku di dalam cheers tidak bertahan lama, karena memang itu bukan bidang yang muncul dalam diriku sendiri. Setiap hari kerjaanku juga mencuri wajah-wajah teman-temanku dengan kamera, kemudian aku mencetaknya atau meng-uploadnya. Tentunya pose yang aku ambil bukanlah pose yang bagus, katakana saja itu adalah pose terjelek dari korbanku, namun hasil yang aku dapatkan sungguh luar biasa bagusnya.
Hingga pada akhirnya nama Mbamboenk45 mulai akrab ditelingga tiap masyarakat SMA ku, mulailah bermunculan nama-nama sebutan baru pada tiap anggotanya, sebut saja aku, namaku Ferdian Budi Cahyono, namun aku mendapatkan panggilan nama BUCHA dari sahabat-sahabatku, dan aku mengenakannya sampai sekarang sebagai Ferdi Bucha. Ada juga panggilan lain, yaitu Sipit, jangan mengira cowok satu ini meman bernama Sipit, namanya adala Safrizal Rozi Tuasikal, namun karena matanya yang sipitlah panggilan itu muncul. Lalu Stevie, nama yang bagus ini berganti menjadi kepet yang beralih dari nama panggilan sewaktu SMP yaitu setempet. Lalu Rachma yang akrab aku panggil emak, Lina yang menjadi lintul, dan Arka menjadi neng. Hhehehee, manusia remaja aneh memang.
Nama-nama baru bermunculan, dan tidak kalah mulai muncul nama-nama genk baru yang muncul. Namun kita bukan genk yang suka berantem kayak di televise dan berita loh, kita genk yang saling support dan bertukar hal menarik, kami juga sering lompat dari genk satu ke genk lain ketika istirahat atau dalam acara lain. Sungguh memang masa SMA yang penuh tanda Tanya dan pertanyaan. Guru-guru yang semula akrab dengan nama sli kami, berubah akrab dengan nama-nama panggilan kami, Bucha, Sipit, Mbak cincen, Dhek cencin, Emak, Lintul, Neng, Yocan, Iteng, Pong, de el el deh masih banyal pokoknya. Sampai-sampai bebrapa materi dalam pelajaran juga di sangkut pautkan, dasar pelajaran yang aneh. Hehehehehehe…
Perjalanan yang penuh warna setiap harinya, penuh keindahan dan penuh keajaiban. Aku tidak pernah tau apa yang terjadi akan hari esok, sama halnya dengan satu sahabatku yang tidak menjadi satu kelas dengan kami, Sipit. Kami tidak pernah tahu jika kami dengan sipit harus berpisah ketika kenaikan ke kelas 11, kami masuk IPA dan ia masuk IPS, sedih dan menangis yang kami rasakan saat itu. Namun akan percuma, seberapa banyak airmata yang jatuh tidak akan merubah apa yang sudah terjadi. Saling supportlah yang kami lakukan. Saling mensupport satu sama lainnya.

********************************

Memulai Kembali di Dunia yang Baru

Setelah apa yang aku alami, saya siap berbagi dengan semua orang yang ada. Pengalaman yang saya alami saat ini, membuat banyak perubahan dalan hidup saya. tidak hanya itu, hidup saya un lebih berwarna dan ber-arti. dan saya yakin, tidakk hanya saya, hidup semua orang pasti ber-arti. namun, semuanya itu kembali lagi kepada personal masing-masing untuk memaknai hidup kita masing-masing. bukan seberapa kaya kita, bukan seberapa kita miskin, bukan seberapa kita jatuh, atau bukan seberapa kita dikenal, namun seberapa kita ber-arti dan berguna bagi orang lain, itulah yang membuat hidup berwarna dan ber-arti.

=== LIFE MUST GO ON ===